Sabtu, 10 Januari 2009

Warung Kopi Tegalsari

Inilah jalan manusia, tak ada yang bisa sangka bila sang kuasa menghendakinya. seorang ibu yang telah ditinggal mati suaminya namun berhasil menghantarkan ke 7 anaknya menjadi orang-orang berhasil (menurut ukurannya=ibu).
berbekal uang pensiunan suaminya ia memndirikan warung kopi kecil di jalan pintu masuk masjid tegalsari tepatnya menuju komplek makam Kyai Ageng Besari (Basari).
ke 6 anaknya bekerja dan berumah tangga di sekitar probolinggo dan situbondo 3 anaknya jadi tentara dan yang lainya jadi guru disana, sedang yang terakhir bagian tunggu rumah petak sekaligus waruungnya di Tegalsari, akan tetapi setahun yang lalu anak ke 7-nya ini diangkat menjadi PNS di dinas pariwisata di Ponorogo.
Ketika penulis bertanya apa sih resepnya?
terus berusaha dan puasa senin kamis, serta selalu pasrah katanya
ngomong-omong soal kopi, diwarung ini secangkir Rp500,- jadi punya uang Rp.1000,- dapat kopi plus jajan 2, dan yang paling khas adalah sayur asem dan lodehnya(terutama terong kopeknya) hus mak nyus top markotop dan hebatnya cuma Rp1500,- udah pakai lauk tempe/ tahu/ lentho 2.
tak tau mengapa kok murah begitu, tapi namanya aja tempat ziarah untuk sedikit tapi gak masalah yang penting besok bisa kulakan lagi, rata-rata pembelinya adalah orang-orang yang beziarah makam Kyai Ageng Besari (Basari).
Ngomong-omong soal masjid Tegalsari merupakan cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan berdasar plang/baliho yang ada di depan masjid.
Komplek makam ini menurut Kange : makam Kyai Ageng Besari (Basari), Kyai Nurshadiq (adik Kyai Ageng Besari ) terletak di barat sekolahan ikut komplek makam umum tanpa nama dan nisan biasa, kyai Ilyas, Kyai Kasan Besari, Kyai Imam subaweh, serta Istri dari Bupati Cokronegoro, jadi istilahnya wajib untuk disangkut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar